Ternyata benar apa kata
orang, bahwa sesuatu itu akan terasa sangat berharga ketika hal tersebut sudah
benar-benar tak lagi di samping kita. Dan itu yang saat ini saya rasakan. Agan
Cipto Mulyono, Riyan Hidayat, Dini Nuradzani Garnida, Elga Syarah, Yenni
Herdiani, dan Siti Nuryani kalian adalah keluarga baru bagi saya. Banyak ilmu
yang kita pelajari bersama, peristiwa dan pengalaman yang kita telan habis baik
itu pahit ataupun manis. Pertengkaran, selisih paham, tangis, canda dan tawa
menjadi hal yang tak mungkin bisa saya lupakan. Terima kasih telah kalian
ukirkan kenangan yang indah dalam hidupku. Kalian luar biasa, keberhasilan pencapaian target KKN kelompok
kita adalah hasil dari kerja keras kita semua. Alhamdulillah, moment satu kali
seumur hidup ini berhasil kita jalani dan kita kemas menjadi sebuah bingkisan
kenangan yang menarik untuk di kenang.
Maaf kawan atas segala
sikap dan perkataan saya yang mungkin menyinggung perasaan kalian, jauh di
balik itu semua saya sudah anggap kalian seperti saudara dan saya sayang kalian
semua.
Empat puluh hari yang
kita lewati bersama sungguh tak mungkin bisa saya lupakan. Jalan-jalan, nyanyi
bersama, mancing bareng, bakar ikan, keliling sawah hingga jatuh ke dalam
lumpur, dan masih banyak lagi moment istimewa lainnya yang membuat saya rindu
akan kebersamaan bersama kalian.
Para wanita yang sibuk ngeceng pemuda desa, dan juga para pria
yang sibuk mencari-cari gadis desa menjadi kisah percintaan yang cukup menarik
untuk di kenang.
Empat puluh hari ini terasa singkat. Bahagia bagi saya ketika kita semua dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat wal’afiat
tanpa kurang satu apapun dengan keberhasilan program KKN yang cukup memuaskan.
Kata orang bijak, “di
balik sukses nya seorang pria, pasti terdapat sosok wanita yang hebat di
belakangnya” dan terima kasih karena kalian ( Dini, Elga, Yeni, dan Siti )
sudah berhasil menjadi wanita yang hebat untuk kami ( Deri, Agan, dan Riyan ).
Pertengakaran, air
mata, dan selisih paham menjadi saksi perjuangan kita meraih sukses. Dan kini
tiba saatnya hari ke-40, hari dimana kita harus berpisah mengakhiri semua
kebersamaan di bawah satu atap rumah posko. Ketika kita berjabat tangan dan
saling memaafkan kesedihanpun menghampiri. Saya berusaha untuk tegar di hadapan
kalian agar kalian pun tidak bersedih. Namun ketika saya benar-benar akan pergi
melangkahkan kaki meninggalkan rumah yang telah 40 hari kita tinggali bersama,
kesedihanpun tak dapat saya tahan lagi, tak peduli orang bilang saya cenngeng,
saya tak kuasa menahan tangis ketika mencium tangan pemilik rumah yakni Pak
Entis dan juga Emih. Nasehat dan do’a yang diberikan kepada saya yang membuat
air mata ini tak dapat tertahan lagi. Terima kasih pak, bu, atas dukungannya
selama ini, kalian sudah anggap kami seperti anak sendiri. Kesedihanpun semakin
tak dapat ku tahan lagi ketika ku peluk erat kalian saudaraku “Agan Cipto
Mulyono dan Riyan Hidayat”. Terlebih ketika mesin motor mulai dihidupkan, saya
lihat sosok orang tua dengan lambaian
tangan yang seolah berat untuk melepas, membuat hati ini berat untuk pergi. Di balik helm dan masker
hitam yang saya kenakan, saya sembunyikan kesedihan yang saat itu saya rasakan.
Saya tahu ini bukan
akhir dari segalanya kawan, kita masih bisa bersama. Suatu hari nanti. God Bless You, dan sukses untuk kita semua !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar