5 Agustus 2013

Cerita di Balik Kebersamaan "KKN"



Ternyata benar apa kata orang, bahwa sesuatu itu akan terasa sangat berharga ketika hal tersebut sudah benar-benar tak lagi di samping kita. Dan itu yang saat ini saya rasakan. Agan Cipto Mulyono, Riyan Hidayat, Dini Nuradzani Garnida, Elga Syarah, Yenni Herdiani, dan Siti Nuryani kalian adalah keluarga baru bagi saya. Banyak ilmu yang kita pelajari bersama, peristiwa dan pengalaman yang kita telan habis baik itu pahit ataupun manis. Pertengkaran, selisih paham, tangis, canda dan tawa menjadi hal yang tak mungkin bisa saya lupakan. Terima kasih telah kalian ukirkan kenangan yang indah dalam hidupku. Kalian luar biasa,  keberhasilan pencapaian target KKN kelompok kita adalah hasil dari kerja keras kita semua. Alhamdulillah, moment satu kali seumur hidup ini berhasil kita jalani dan kita kemas menjadi sebuah bingkisan kenangan yang menarik untuk di kenang.
Maaf kawan atas segala sikap dan perkataan saya yang mungkin menyinggung perasaan kalian, jauh di balik itu semua saya sudah anggap kalian seperti saudara dan saya sayang kalian semua.
Empat puluh hari yang kita lewati bersama sungguh tak mungkin bisa saya lupakan. Jalan-jalan, nyanyi bersama, mancing bareng, bakar ikan, keliling sawah hingga jatuh ke dalam lumpur, dan masih banyak lagi moment istimewa lainnya yang membuat saya rindu akan kebersamaan bersama kalian.
Para wanita yang sibuk ngeceng pemuda desa, dan juga para pria yang sibuk mencari-cari gadis desa menjadi kisah percintaan yang cukup menarik untuk di kenang.
Empat puluh hari ini terasa singkat. Bahagia bagi saya ketika kita semua dapat kembali ke rumah dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang satu apapun dengan keberhasilan program KKN yang cukup memuaskan.
Kata orang bijak, “di balik sukses nya seorang pria, pasti terdapat sosok wanita yang hebat di belakangnya” dan terima kasih karena kalian ( Dini, Elga, Yeni, dan Siti ) sudah berhasil menjadi wanita yang hebat untuk kami ( Deri, Agan, dan Riyan ).
Pertengakaran, air mata, dan selisih paham menjadi saksi perjuangan kita meraih sukses. Dan kini tiba saatnya hari ke-40, hari dimana kita harus berpisah mengakhiri semua kebersamaan di bawah satu atap rumah posko. Ketika kita berjabat tangan dan saling memaafkan kesedihanpun menghampiri. Saya berusaha untuk tegar di hadapan kalian agar kalian pun tidak bersedih. Namun ketika saya benar-benar akan pergi melangkahkan kaki meninggalkan rumah yang telah 40 hari kita tinggali bersama, kesedihanpun tak dapat saya tahan lagi, tak peduli orang bilang saya cenngeng, saya tak kuasa menahan tangis ketika mencium tangan pemilik rumah yakni Pak Entis dan juga Emih. Nasehat dan do’a yang diberikan kepada saya yang membuat air mata ini tak dapat tertahan lagi. Terima kasih pak, bu, atas dukungannya selama ini, kalian sudah anggap kami seperti anak sendiri. Kesedihanpun semakin tak dapat ku tahan lagi ketika ku peluk erat kalian saudaraku “Agan Cipto Mulyono dan Riyan Hidayat”. Terlebih ketika mesin motor mulai dihidupkan, saya lihat sosok orang tua dengan  lambaian tangan yang seolah berat untuk melepas, membuat hati ini berat untuk pergi. Di balik helm dan masker hitam yang saya kenakan, saya sembunyikan kesedihan yang saat itu saya rasakan.
Saya tahu ini bukan akhir dari segalanya kawan, kita masih bisa bersama. Suatu hari nanti. God Bless You, dan sukses untuk kita semua !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar